Normal Mode
Responsive Mode

Harap Tunggu Proses Memuat Konten Halaman


Kamis, 29 Mei 2014

Pergantian tahun baru Islam 1435 Hijriyah lalu, yang berdasarkan sistem penanggalan bulan (qamariyah) juga ditandai dengan peningkatan penggunaan internet sebagai media dakwah atau sarana belajar Islam. Berbeda dengan sekitar 50 tahun yang lalu saat internet mulai menjangkau kawasan muslim, para tokoh muslim dunia bahkan sudah terang-terangan mengajak umat Islam memanfaatkan internet untuk kepentingan Islam.

Syekh Sa'id Ramadhan al-Buthi, ulama asal Syria yang berkomunikasi aktif dengan NU yang meninggal baru-ini di tengah konflik berdarah di negaranya itu, mengibaratkan internet sebagai podium-podium yang berguna untuk menyuarakan kepentingan Islam.

Banyak sekali media Islam dari berbagai aliran berbasis internet bermunculan dan berinisiatif mengembangkan misi keislaman mereka masing-masing. Internet juga menjadi media yang paling efektif bagi persebaran paham-paham keagamaan baru yang cukup gencar dipublikasikan oleh sejumlah media massa seperti paham radikal, liberal, dan aliran-aliran transnasional lainnya.

Tidak untungnya, berbagai informasi tentang gerakan, ajaran dan manuver paham-paham baru ini relatif mudah terpublikasi karena memiliki aspek sensasional dan menjadi santapan industri media dan disebarluaskan melalui internet. Selain itu, kelompok-kelompok yang ekstrim kiri maupun kanan memang cenderung sangat aktif dalam memanfaatkan media internet untuk mensosialisasikan berbagai ajaran dan aktifitas mereka.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar mengalami peningkatan jumlah pengguna internet yang cukup drastis. Jumlah user internet di Indonesia menurut APJII untuk tahun 2012 lalu mencapai 63 juta atau 25,86 % dari penduduk Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah ini akan menjadi 82 juta user, tahun 2014 ini sudah menjadi 107 dan pada 2015 sudah mencapai 139 juta atau 50 % dari total penduduk Indonesia.

Di sisi lain, pola hidup modern yang didukung dengan fasilitas komunikasi yang serba canggih mendorong orang untuk mempunyai privasi tinggi. Definisi “privat” dalam hal ini lebih kepada keinginan untuk memilih segala hal sesuai dengan selera sendiri dan dengan caranya sendiri. Di dunia maya apalagi didukung dengan perkembangan mesin pencarian (search engine) yang semakin canggih para peselancar bebas memilih siapa saja yang akan mereka jadikan sebagai guru, atau materi dan informasi apa saja yang lebih cocok untuk mereka. Di dunia maya mereka bebas memilih segalanya, termasuk dalam memilih pelajaran mengenai agama dan tuntunan hidup.

Selain itu memang ahli agama yang ada di sekitar kita tidak selalu siap menjawab semua persoalan dan problem keagamaan yang sedang berkembang. Maka cara yang paling efektif ditempuh adalah mencari sendiri berbagai informasi lewat dunia maya. Di dunia maya mereka tidak akan sungkan-sungkan untuk menanyakan atau menemukan jawaban masalah-masalah yang remeh bahkan tabu sekalipun.

Masalahnya, berbagai informasi yang terdapat dalam jutaan situs itu seperti hutan belantara. Para pencari informasi bisa menemukan hal yang sangat bermanfaat, namun pada sisi lain data yang didapatkan bisa jadi kurang memenuhi keinginan, atau kurang memadai, bahkan pada titik tertentu bisa menyesatkan dan menjerumuskan.

Menapaki tahun 1435 H, para ahli agama Islam dan para pendakwah tidak bisa mengandalkan forum-forum pengajian, majelis ta’lim atau media ta’lim yang konvensional. Bukan berarti menganjurkan untuk hijrah total ke dunia maya dan meninggalkan pos-pos lama itu, namun sekedar mengingatkan bahwa umat Islam telah memasuki era baru. Masa depan itu sudah terjadi saat ini.

Tidak ada pilihan, berbagai informasi yang disebarkan oleh kelompok-kelompok baru yang sangat aktif memanfaatkan media internet ini perlu diimbangi dengan mengaktifkan situs-situs baru yang lebih moderat, atau jejaring-jejaring sosial dunia maya yang menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dengan demikian para peselancar dunia maya akan mendapatkan sumber yang pas dan membandingkan beberapa informasi yang mereka dapatkan.

Lebih dari itu, beberapa konten ilmu-ilmu keislaman di dunia maya selama ini tidak sebanding dengan peredaran isu dan gosip yang terkait dengan dunia muslim. Informasi penting tentang ajaran agama Islam di dunia maya perlu mendapatkan porsi yang memadai, terutama terkait bidang-bidang yang spesifik dan berbagai hasil kajian hukum Islam terkait problematika masyarakat muslim, serta kajian-kajian yang menyangkut inovasi dan kontekstualisasi ajaran Islam di era kekinian. Dengan demikian para pencari Islam di internet dapat menemukan informasi atau guru yang tepat.

Ditulis Oleh: (A. Khoirul Anam)

Sumber: www.nu.or.id


Perihal: Diterbitkan oleh: pada pukul 6:58:00 PM WIB

Baca Pula Artikel Terkait Dalam Kategori: .

Klik tombol "Like" bila Anda suka dengan artikel ini. Silakan poskan komentar agar saya dapat berkunjung balik ke blog Anda. Jika Anda ingin membaca artikel lain dari blog ini, maka silakan klik di sini untuk membuka daftar isi. Harap menyertakan http://batukesel.blogspot.com/2014/05/hijrah-ke-dunia-maya.html dan atau mencantumkan tautan untuk artikel ini bila Anda menyalin sebagian dan atau keseluruhan isinya. Terimakasih.